Apa Itu Digital Amnesia? Apa Efeknya Bagi Daya Ingat
Bisakah kamu mengingat nomor ponsel sahabat dekat atau nama restoran yang akhir-akhir ini sedang banyak diperbincangkan? Kamu mungkin kesulitan kalau diminta untuk mengingatnya, bukan? Namun, dengan bantuan kecanggihan teknologi dalam bentuk ponsel pintar, kamu bisa langsung mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi dengan mudah.
Pasti yang kamu lakukan adalah buka daftar kontak di ponsel pintar kamu, untuk melihat nomor telepon sahabat, dan cari di Google nama restoran tersebut. Dan dalam hitungan detik, semua jawaban tersedia seperti sulap ya. Kemudahan ini secara tidak sadar membuat kamu berpikir, untuk apa repot-repot mengingat banyak hal, jika ponsel pintar bisa melakukannya.
Dahulu, sebelum ada ponsel pintar mau tak mau kita harus menghafalkan nomor telepon rumah, atau rute bus kota yang akan membawa kita ke suatu tujuan. Hal ini kemudian memunculkan suatu fenomena baru, bernama “Digital Amnesia”. Fenomena yang banyak dialami oleh generasi milenial saat ini adalah suatu perubahan besar pada perilaku dan daya ingat kaum melek teknologi.
Digital amnesia terjadi saat masyarakat terlalu menggantungkan diri pada kecanggihan teknologi untuk mengingat berbagai macam informasi. Mulai dari yang sepele seperti tanggal lahir pasangan hingga yang sangat penting dan sensitif seperti data pribadi.
Karena merasa bahwa semua informasi sudah tersimpan dalam perangkat elektronik atau internet, kita pun sudah tak perlu lagi mengingatnya. Sewaktu-waktu informasi tersebut diperlukan, kita tinggal “mengambilnya” lagi dari perangkat pintar dan kalaupun perangkat tersebut ganti kita cukup menyinkronisasi dan data tersebut sudah pindah ke ponsel baru.
Bagaimana Teknologi Digital ‘Menggerus’ Daya Ingat Manusia
Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard dan University of Columbia menunjukkan bahwa kemudahan mengakses informasi melalui internet kapan pun dan di mana pun, telah mengubah kemampuan mengingat anak-anak muda di Amerika Serikat.
Begini gambarannya, kamu mungkin lupa judul sebuah film yang pernah ditonton dulu. Ketika hendak bercerita pada seorang teman soal film tersebut, kamu tidak bisa mengingat judulnya tapi kamu ingat di situs mana kamu harus mencari judul filmnya. Para peneliti menyebut hal ini sebagai “Google Effect.”
Pada intinya, digital amnesia membuat kita bergantung pada Internet sebagai tempat pertama untuk mencari jawaban atas apa pun yang ingin diketahui. Kita tak lagi berusaha mengingat-ingat suatu kejadian atau informasi dari memori otak.
Karena itu, segala informasi yang diterima pun bisa dengan mudah dilupakan. Pasalnya, jika nanti lupa toh kita bisa mencarinya lagi di internet atau di ponsel pintar. Itulah sebabnya kita masih ingat nomor telepon rumah sejak 10 tahun yang lalu, karena dulu kita mau tak mau harus menyimpannya dalam otak. Sedangkan saat ini kita mungkin tak ingat berapa nomor telepon pasangan yang hampir setiap hari dihubungi.
Kemudahan teknologi membuat otak jadi kurang terlatih mengolah informasi mentah menjadi sebuah ingatan, baik jangka pendek maupun panjang. Padahal, proses tersebut sangat penting guna merangsang pembentukan ratusan hingga ribuan koneksi sel saraf baru dalam otak.
Semakin jarang diasah, fungsi otak untuk memproses memori jangka panjang pun akan menurun. Memori jangka panjang sendiri sangat penting bagi perkembangan diri setiap orang. Memori jangka panjang membentuk identitas setiap orang.
sumber: Halodoc