Dampak Jangka Panjang dari Kebiasaan Terlalu Manjakan Anak, Menurut Psikolog
Terlalu memanjakan anak bisa berdampak buruk pada perkembangannya. Simak penjelasan psikolog tentang efek jangka panjang dan solusi pola asuh yang lebih seimbang.
![]() |
| Foto representatif by: freepik |
Orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk memenuhi segala keinginan mereka. Namun, terlalu memanjakan anak ternyata dapat membawa dampak negatif dalam jangka panjang. Menurut psikolog, pola asuh yang tidak seimbang—terlalu permisif dan selalu menuruti kemauan anak—dapat memengaruhi perkembangan emosional, sosial, dan kognitif mereka di masa depan.
{getToc} $title={Daftar Isi}
Apa Itu Memanjakan Anak Secara Berlebihan?
Memanjakan anak secara berlebihan (overindulgence) adalah ketika orang tua memberikan terlalu banyak hal—baik materi, perhatian, atau kebebasan—tanpa menetapkan batasan yang jelas. Hal ini berbeda dengan memberikan kasih sayang dan dukungan yang sehat.
Menurut Dr. David Bredehoft, seorang psikolog keluarga, memanjakan anak dapat terjadi dalam tiga bentuk:
- Terlalu banyak memberi materi (mainan, gadget, uang jajan berlebihan).
- Terlalu banyak memberikan bantuan (selalu mengerjakan tugas anak, tidak membiarkannya mandiri).
- Terlalu longgar dalam aturan (tidak ada disiplin, anak selalu dibela meskipun bersalah).
Tanda-Tanda Orang Tua Terlalu Memanjakan Anak
Beberapa ciri pola asuh yang terlalu memanjakan anak antara lain:
- Selalu menuruti permintaan anak, bahkan jika tidak perlu.
- Tidak menerapkan konsekuensi saat anak melanggar aturan.
- Anak tidak terbiasa menunggu (selalu ingin instan).
- Anak kurang mandiri karena orang tua selalu membantu.
- Anak sulit menerima "tidak" dan mudah tantrum saat keinginannya tidak dipenuhi.
![]() |
| Foto representattif by: freepik |
Jika kebiasaan ini terus berlanjut, anak bisa tumbuh dengan berbagai masalah perilaku dan emosional.
Dampak Jangka Panjang Kebiasaan Memanjakan Anak
1. Anak Kurang Mandiri dan Bergantung pada Orang Lain
Anak yang selalu dibantu dan tidak diberi tanggung jawab akan kesulitan mengatasi masalah sendiri. Saat dewasa, mereka cenderung bergantung pada orang tua atau orang lain dalam mengambil keputusan.
2. Sulit Mengelola Emosi (Low Emotional Intelligence)
Anak yang terbiasa selalu dituruti keinginannya akan kesulitan mengendalikan emosi saat menghadapi kekecewaan. Mereka mungkin menjadi mudah marah, frustrasi, atau bahkan depresi saat sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan.
3. Gangguan Hubungan Sosial
Kebiasaan memanjakan anak dapat membuatnya tumbuh dengan sikap egois dan kurang empati. Mereka mungkin kesulitan bekerja sama, berbagi, atau memahami perasaan orang lain. Hal ini bisa memengaruhi pertemanan dan hubungan romantis di masa depan.
4. Rendahnya Kemampuan Problem-Solving
Anak yang jarang diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah sendiri cenderung kurang kreatif dalam mencari solusi. Mereka mungkin mudah menyerah saat menghadapi tantangan.
5. Risiko Gangguan Mental seperti Anxiety dan Depresi
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang terlalu dimanjakan lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi saat dewasa. Mereka tidak terbiasa menghadapi tekanan, sehingga stres kecil pun bisa terasa sangat berat.
6. Kesulitan Finansial di Masa Depan
Anak yang terbiasa mendapatkan apa pun yang diinginkan tanpa usaha mungkin kesulitan mengelola keuangan saat dewasa. Mereka cenderung boros dan kurang menghargai uang karena tidak terbiasa menabung atau berusaha.
7. Kurangnya Rasa Tanggung Jawab
Tanpa disiplin yang baik, anak mungkin tumbuh dengan sikap tidak bertanggung jawab, baik dalam pekerjaan, hubungan, atau kehidupan sehari-hari.
Solusi: Bagaimana Menghindari Terlalu Memanjakan Anak?
1. Tetapkan Batasan yang Jelas
Orang tua perlu konsisten dalam menerapkan aturan. Misalnya:
- Membatasi screen time.
- Tidak selalu membelikan mainan baru.
- Mengajarkan anak untuk menunggu giliran.
2. Ajarkan Tanggung Jawab Sejak Dini
Berikan tugas sesuai usia, seperti:
- Merapikan mainan.
- Membantu menyiapkan meja makan.
- Mengelola uang saku sendiri.
3. Biarkan Anak Merasakan Konsekuensi
Jika anak lalai mengerjakan PR, biarkan ia menerima konsekuensi dari guru. Ini membantu mereka belajar dari kesalahan.
4. Latih Kemampuan Problem-Solving
Ketika anak menghadapi masalah, tanyakan: "Menurutmu, bagaimana cara menyelesaikannya?" daripada langsung memberikan solusi.
5. Beri Pujian yang Tepat
Puji usaha, bukan hasil. Misalnya: "Kakak hebat sudah berusaha keras!" bukan "Kakak pintar dapat nilai 100!"
6. Ajarkan Empati dan Berbagi
Ajak anak untuk peduli pada orang lain, seperti menyumbangkan mainan lama atau membantu teman yang kesusahan.
Tips dari Psikolog untuk Pola Asuh Seimbang
Menurut Dr. Michele Borba, pakar parenting, kunci mendidik anak adalah "Cinta yang disertai batasan". Beberapa prinsip penting:
- Jadilah orang tua yang hangat tetapi tegas.
- Jangan takut mengatakan "tidak" jika diperlukan.
- Bantu anak belajar dari kegagalan.
- Bangun komunikasi terbuka.
Kesimpulan
Memanjakan anak secara berlebihan dapat memberikan dampak negatif jangka panjang, mulai dari kurangnya kemandirian, gangguan emosional, hingga kesulitan bersosialisasi. Orang tua perlu menemukan keseimbangan antara memberikan kasih sayang dan menerapkan disiplin.
Dengan pola asuh yang tepat—yang mengajarkan tanggung jawab, empati, dan kemampuan problem-solving—anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih resilien dan siap menghadapi tantangan hidup.
Mulailah menerapkan perubahan kecil hari ini untuk masa depan anak yang lebih baik!

